SAMBIROTO-NGAWI.DESA.ID- Indonesia hidup dalam penindasan dan harus melewati masa suram akibat penjajahan kolonial Belanda selama tiga setengah abad. Rentang waktu yang masih terjadi perbedaan pendapat diantara para ahli sejarah terkait kesahihan dokumen maupun bukti sejarah yang menunjukkannya.
Ngawi termasuk salah satu wilayah yang pernah diduduki pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-19. Penulis berusaha menggali dan menyusuri jejak-jejak kolonialisme Belanda di Ngawi. Dirangkum dari berbagai sumber dengan memadupadankan keterkaitan ruang, waktu dan bukti fisik yang masih dapat ditemui.
Dalam perang Diponegoro (1825-1830) Belanda menjadikan Ngawi sebagai pusat pertahanan untuk wilayah Madiun dan sekitarnya. Selain itu untuk menguasai jalur perdagangan maka dibangunlah benteng di tempat strategis pertemuan antara Bengawan Solo dan Sungai Madiun.
Benteng yang selesai dibangun tahun 1845 tersebut diperuntukkan sebagi markas ratusan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Johannes Graff Van Den Bosch. Itulah sebabnya diberi nama Benteng Van Den Bosch. Berdiri kokoh diatas lahan seluas 15 ha dengan ukuran bangunan 165 m x 80 m. Dikenal juga dengan nama Benteng Pendem karena letaknya dibawah seperti lembah dan dikelilingi tebing-tebing sebagai tanggul seolah-olah tampak terpendam (pendem_*jawa).
Bagi yang pernah bersekolah di SMPN 1 Ngawi maupun yang pernah masuk ke dalam lingkungan sekolah tentu paham betul dengan bentuk maupun karakter bangunannya. Bangunan yang tersusun dari material utama batu/bata, kayu dan besi. Dengan bentuk bangunan yang tinggi, pilar, daun pintu dan jendela semua berukuran besar. Terdapat banyak lorong dan panel-panel jendela yang terbuat dari kayu. Seolah-olah bangunan tersebut di desain untuk orang luar negeri yang berfisik tinggi besar, bukan pribumi.
Sebagai alumni SMEA Negeri Ngawi, sedikit banyak penulis paham sudut-sudut bangunan di sekolahnya. Arsitektur dengan karakter yang sama juga terdapat di gedung SMEA Negeri Ngawi di era 90-an (sekarang SMKN 1 Ngawi/SKANSA). Namun sayang sekarang sudah tidak bisa dijumpai karena telah dirombak total, diperluas untuk menampung kapasitas siswa.
Dilansir dari situs resmi SMP N 1 Ngawi, sekolah menengah pertama yang didirikan di Kabupaten Ngawi dengan nama SMP Kabupaten Ngawi tanggal 1 Oktober 1946. Dalam pendiriannya waktu itu, penyediaan gedung oleh BPRD ditunjuklah bekas “LANDRAAD” (Pengadilan Negeri era Pemerintahan Hindia Belanda) yang terletak di utara alun-alun Ngawi.
Artikel terkait : LANDRAAD WIKIPEDIA
Berdasarkan ciri-ciri arsitektur bangunan dan keterkaitan sejarah yang ada pada ketiga tempat (Benteng Van Den Bosch, SMPN 1 Ngawi dan SMKN 1 Ngawi, penulis menyimpulkan bahwa pusat pemerintahan Hindia Belanda pada masa kolonialisme adalah saat ini yang digunakan sebagai Kantor Bupati Ngawi, sebelah utara alun-alun (sekitar Jalan Teuku Umar dan Jalan Ronngo Warsito). Hal itu dibuktikan dengan keberadaan bangunan bekas “LANDRAAD” (Pengadilan Negeri era Pemerintahan Hindia Belanda). Sedangkan pusat pertahanan, pasukan Hindia Belanda ditempatkan di Benteng Van Den Bosch.
Sekali lagi, artikel ini hanya berupa kesimpulan penulis dengan segala keterbatasan referensi yang masih perlu di uji. Kebenaran sejarah hanya bisa diungkap dengan bukti-bukti empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.